kopi…

mmm… gara-gara terkenal seantero jagat (ceileee..!!) sebagai tukang ngopi (peminum kopi, bukan tukang fotokopi loh!!) jadi aja temen-temen yang baru daatang dari bepergian ngasih oleh-oleh ke aku berupa kopi. makanya kalo kebetulan saat-saat ini maen ke tempatku jangan kaget kalo ngeliat banyak banget stok kopiku, dari kopi aceh (gayo dan ule kareng / eh bener ga nulisnya?), kopi lampung, kopi bintang dari palu, ataupun yang produk lokal bandung ada kopi kim, kopi aroma (robusta dan arabika)

hehehe…kok jadi kayak toko aja nih (eh atau emang mending aku buka toko kopi aja ya??)

beruntunglah dulu para kompeni belanda itu mengenalkan tanaman kopi ke indonesia sehingga sampai sekarang indonesia masih dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia meskipun sebenarnya banyak hasil panen kopi kita yang ‘tereliminasi’ (mutunya rendah). sebenarnya itu adalah salah satu tugas pemerintah untuk membantu para petani kopi meningkatkan mutu hasil panennya (sama halnya yang terjadi dengan mutu teh dan sebagian besar produk pertanian kita yang mutunya rendah)

ahh… daripada ngomongin pemerintah yang ga akan ada habisnya mending kita ngeliat bagaimana kita sekarang lebih menghargai kopi (yang katanya nih!!) dari luar negeri. seorang temen pernah ngadain survei tentang kopi yang ‘paling laku’ di kafe-kafe, dan ternyata hasilnya adalah cappucino (expresso/latte) berada di urutan no satu sementara kopi lokal yang paling diminati adalah kopi toraja, itupun berada di nomer sekian dari daftar hasil survei tersebut dan kafe yang paling populer dalam survei itu adalah starbuck

padahal..padahal nih, menurut temen yang mengelola sebuaha kafe, menu-menu kopi yang mereka sajikan (termasuk yang menggunakan nama luar) kebanyakan menggunakan bahan baku lokal, jadi bukan kopi ‘luar negeri’ sebagaimana namanya. apakah itu termasuk penipuan atau sekedar teknik dagang?? aku ga mau ngurusin yang gituan, mendingan mikir kalo kita datang ke kafe (untuk ngopi nih), apa sih yang kita cari? rasa?? atau gengsi ‘luar negeri’??

untunglah lidahku lebih menyukai produk lokal dan (emang nih) aku ga cukup punya duit untuk sering nangkring di kafe menikmati kopi ‘luar negeri’ jadi aku cukup menikmati kopi-kopi lokal indonesia aja deh apalagi kalo itu oleh-oleh asli dari daerah…(lebih karena gratis sih hehehe..)

jadi keingetan nih, sekitar taun 1998 – waktu masih kuliah dulu, aku sempat ngadain workshop grafis di kampus dan bayarannya adalah masing-masing peserta cukup bawa kopi…

dasar kopier..!!!